Suatu kali orang-orang China berkata, ‘di seni kami adalah
yang terbaik!’
Orang-orang Yunani berkata, ‘Dengan
bakat lebih besar kami diberkati!’
Sang Sultan berkata, ‘Aku akan menyiapkan sebuah ujian bagimu
Untuk melihat mana dari klaimmu
yang sungguh benar.’
Mereka bersiap melukis sisi dalam sebuah ruang,
Dalam pengetahuan orang Yunani
memang jauh lebih superior.
‘Ayo, tunjukkan kami sebuah ruang,’ kata orang China,
‘Dan berikan orang Yunani satu
ruang yang mirip, kami mohon.’
Mereka mendapatkan ruangan bersebelahan yang berbentuk
sepasang,
Setengah untuk masing-masing
kelompok, maka demikian sangat adil;
Kemudian orang China meminta banyak cat,
Sang raja memberikannya, murah
hati seperti seorang orang suci:
Setiap subuh orang-orang dari gudangnya akan membawakan
Lebih banyak cat untuk mereka
sebagai hadiah dari raja yang murah hati ini,
Orang Yunani berkata, ‘lukisan penuh warna tidak akan membuktikan
Keberhasilan–warna adalah apa
yang harus kita singkirkan!’
Mereka menutup ruang mereka, memoles setiap dinding
Bersih seperti surga-surga di
atas kita semua;
Warna pada ketiadaanwarna bisa mengubah sangat cepat,
Warna adalah seberkas awan,
ketiadawarnaan bulan;
Jika dalam kabut beberapa pancaran harus muncul,
Itu berasal dari matahari dan
bulan yang disinarinya.
Ketika orang China merasa karya mereka sudah selesai
Mereka menabuh genderang mereka
untuk merayakan pencapaian itu,
Sang raja datang dan melihat lukisan-lukisan itu di sana
Yang memesonakannya, karena
keindahannya sangat langka;
Kemudian dia pergi ke orang-orang Yunani, yang dengan cepat mengangkat
Layar di depan dan membuatnya
semakin kagum:
Gambar di karya itu sangat bagus
Membias
di dinding yang membuat mereka bersinar–
Apapun yang ia lihat di sana menyinari setiap dinding
Dari rongga mulai mata mereka berjatuhan!
Orang Yunani jelas membela para Sufi:
Tanpa teknik-teknik dari
buku-buku teori,
Mereka telah membersihkan dada mereka dengan baik yang membuat mereka bersinar
terang
Jauh dari semua kekikiran,
hasrat, dan kedengkian.
Hati adalah sebuah cermin dengan semacam kemurnian
Ia bisa membiaskan
bentuk-bentuk dari keabadian:
Semacam gambar yang murni, tak terikat, tak seperti karya seni,
Bersinar melalui tangan
Musa dari hatinya;
Bahkan surga pun tak mampu menampung bentuk-bentuk ini
Bukan takhta, bukan
lautan, bukan pula dataran terbuka,
Karena mereka semua diberi angka dan dibatasi,
Sementara para hati adalah satu
dan mereka tak terbatas–
Otak jatuh dengan hening di sini atau tersesat:
Hati bersama Tuhan, atau adalah
Tuhan dalam beberapa hal.
Tak ada bentuk yang membias bersinar selamanya
Tetapi melalui hati, rumah
ketakterbatasan,
Dengan setiap gambar yang bisa mencapai tempat ini
Muncul tanpa tabir di
seberang wajahnya.
Para pemoles melemparkan semua warna, maka mereka bisa
Dengan setiap nafas
melihat apa yang indah dan bagus:
Melampaui sekam pengetahuan yang bisa mereka lihat,
Mereka mengangkat bendera
kebenaran yang pasti,
Semua pikiran telah meninggalkan mereka, karena mereka telah melihat cahaya
Kedalaman laut dan
dada-dada mereka masih terlihat.
Tersebab kematian seluruh orang-orang lainnya berlari ketakutan,
Mengolok-olok dan menertawakannya orang-orang
ini berani
Untuk menaklukkan hati mereka tak ada harapan di neraka–
Permata tak disakiti,
hanya cangkangnya belaka;
Melampaui tata bahasa, hukum, teologi,
Mereka telah memilih
peniadaan diri, kemiskinan,
Ketika gambar-gambar dari surga menyinari bumi
Hati mereka
menerimanya, dan mereka tahu mereka berharga;
Tempat mereka lebih mulia ketimbang Takhta Tuhan,
Kursi Kepastian Tuhan telah mereka ciptakan
sendiri.
The Story
About The Competition Between The Greeks and The Chinese in The Art of Painting
and Potraiture (The Masnavi–translated from Persian to English by Jawid
Mojaddedi 2004)
Jalaluddin Rumi (1207-1273)