Wednesday, July 9, 2025

Sang Nenek Tua di Wastafelnya

Tentu saja, wastafel itu tak pernah kosong,
atau bahkan: dikosongkan, sebentar, kemudian penuh
lagi: satu piring; satu mug;
banyak sendok. Sebilah pisau.
Yang kuasah. Yang tumpul. Di luar
jendela: malam risik ramai, datang;
air mengering, juga logam. Aku, juga, tenggelam
dalam mulut dangkal ranjang, kolongnya
aku masuk ke dalam detaknya. Malam
seperti sebuah wastafel: penuh: getar udara
mempercepat lubang nafas,
membengkakkan kantung tenggorokan;
sebuah sayap hening; kemudian menjerit; cakar basah
di dalam sampah; di dalam sikat. Seperti malam
aku tenggelam; rongga kecil di tenggorokan,
penuh oleh air, bengkak; juga penuh logam. Kurasakan dengan cakarku
lubang-lubang kecil tubuhku,
kolam-kolam kecil; tepian di sampingnya;
merasa dengan sayapku sebuah cangkir yang mendangkal,
cakrawala sendok. Kutelan.
Pisau pikiran. Yang kuasah.
Yang tumpul. Sebuah pedang. Pada diriku sendiri kukatakan:
pilih.
Apakah aku kosong.
Aku penuh.

The Crone at Her Sink (New England Review–July 2025)
Donika Kelly

Saturday, July 5, 2025

Ode

Di taman-taman Adonis, Lydia, aku suka
Sebagian besar dari seluruh mawar-mawar yang
diburu
             Tepat pada hari mereka lahir,
             Tepat pada hari itu, juga harus mati.
Abadi, bagi mereka, cahaya hari:
Mereka lahir ketika matahari sudah tinggi
              Dan mati di depan arus Apollo

             Di seberang langit yang terlihat berlari
Juga kita, dari hidup kita, mesti berhasil suatu hari:
Kita tak pernah tahu, Lydiaku, tidak juga ingin
              Tahu tentang malam sebelum dan atau sesudah
               Yang sebentar ketika kita mungkin bertahan.
2.
Untuk jadi besar, menjadi keseluruhan: tak ada yang
              Harus engkau lebih-lebihkan atau tiadakan.
Dalam setiap hal, jadilah semuanya. Berikan semua dirimu
               Setidaknya engkau pernah berbuat.
Bulan seluruh, karena ia menunggang begitu tingginya,
                Terbayang di setiap kolam.
Odes (Poetry Foundation-1955)
Fernando Pessoa (1888-1935)

Friday, July 4, 2025

tak cukup idiom tentang bintang-bintang

kukira salah satu yang bagus bisa seperti ini:
langit cukup kecil tanpa kita
mengganggunya demi bintang-bintang. atau, terkait itu:
satu bintang yang bagus sulit untuk ditemukan. atau entah bagaimana
di bawah kulit sebiji jeruk engkau akan mendesiri langit. atau: betelgeuse
adalah sebuah jalan neraka untuk menghabiskan malam. atau
sebuah gugus bintang yang lebih baik ketimbang satu tidur buruk lagi.
engkau tidak bisa bermimpi dengan mulutmu
terbuka dan menangkap cahaya bintang yang tepat.
jika engkau merentang di atas ranjang engkau akan menemukan cahayanya
tetap melintasi tanganmu seperti losion.
jika aku melebih-lebihkan, dan meminta perhatian tidak untuk apa-apa,
itu karena aku terlambat, aku telah menjadi
sebuah bintang keras yang keluar fokus. untuk membuat bencana, untuk berada
di antara para bintang, adalah untuk mengutuk seorang musuh dengan tinta tergelap.
bayangkan galaksi sebagai dongeng susu yang tumpah. gambar
menginginkan air jeruk. aku menduga beberapa hal-hal ini
adalah lebih ke idiom-idiom ruang angkasa. memalukan bahwa kapanpun dalam setahun,
apapun yang engkau rasakan, langit malam
tetaplah sama. atau apa yang kumaksudkan adalah aku tidak pernah benar-benar tahu soal musim, tetapi ya, aku memimpikan dia.

there aren’t enough idioms about the stars (Poets.org–July 4th 2025)
Keith S Wilson

Saturday, June 28, 2025

Setiap Pagi

Aku baca koran,
Kubuka lipatannya dan menelitinya dengan cahaya matahari
Cara mortir-mortir merah, dalam foto-foto,
melengkung menuju pemukiman-pemukiman
seperti bintang-bintang, cara kematian
menyisir semua hal ke dalam puing abu-abu sebelum
kamera bergerak. Bagian
mana pada kegelapan jiwaku
bergetar: engkau tak ingin tahu lebih banyak lagi
soal ini. Dan kemudian: engkau tak tahu apapun
kecuali kau melakukannya. Bagaimana orang-orang tidur
bangun dan berlari ke gudang bawah tanah,
bagaimana anak-anak menjerit, lidah-lidah mereka
berusaha untuk berenang menjauh–
bagaimana sang pagi muncul
seperti sekuntum mawar putih yang pelan
ketika jumlah memanjati ambang batas yang menggelembung.
bergerak di antara mobil-mobil yang dihantam, jalan-jalan
di mana ambulans-ambulans berdentang tak akan
berhenti sepanjang hari, kematian seperti sebuah kebiasaan–
bagaimana terkadang kamera jeda ketika satu keluarga
menghitung, dan semua dari mereka hidup,
mulut kering mereka adalah gua tanpa kata-kata
dalam bulan-bulan belepotan di wajah-wajah mereka,
sebuah kegilaan yang sejauh ini kita tidak punya nama untuknya–
semua ini aku baca di koran,
dalam cahaya matahari,
aku membaca dengan mataku yang dingin, tajam.
Every Morning (Poetry–1986)
Mary Oliver (1935-2019)

Thursday, June 26, 2025

Soneta Warga Amerika Karolina Selatan untuk Hari Kemerdekaan

Rasa nyaman bau babi asap di pagi hari sebagian besar membakar lemak dan garam, tetapi rasanya manis sebagai bagian babi yang menyimpan jiwa. “Jika engkau tak memberkatinya, ia mungkin membuatmu tersedak,” demikian sepertinya yang hendak dikatakan Ma di depan piring. Definisiku tentang keluarga termasuk di dalamnya rasa tahu kerabat dan berpikir bahwa mereka semua tahu tentangmu, tetapi hanya membicarakan hal-hal ini dengan anggota keluarga ketika engkau tak ada di ruangan. Terakhir kali aku pulang, sepupuku menawariku daging cincang, sisa tumbukan babi sebelum perang, mendidih, utuh-liver dan paru-paru, otak ke moncong dan tengkorak-tertutup saus panas & dihidangkan di atas setumpuk nasi instan. Aku bilang, “Wah tidak,” tetapi kubiarkan sedikit menyentuh lidahku demi sopan-santun, sebelum bilang “Wah tidak” dua kali.

South Carolinian American Sonnet for Independence Day (The New Yorker-June 23th 2025.

Terence Hayes (1971- )

Wednesday, June 25, 2025

Perdamaian Alam Bebas

Bukan perdamaian gencatan senjata,
bahkan bukan penglihatan serigala dan domba
tetapi lebih kepada
sebagaimana di dalam hati ketika selesai gembira
dan engkau hanya bisa bicara tentang satu kelelahan besar.
Aku tahu bahwa aku tahu caranya membunuh,
yang membuatku menjadi seorang dewasa.
Dan anak lelakiku bermain dengan senapan mainan yang tahu
cara untuk membuka dan menutup matanya dan mengucapkan Mama.
Sebuah perdamaian
tanpa keributan besar memukulkan pedang-pedang ke mata bajak,
tanpa kata-kata, tanpa
gedebuk stempel karet yang berat: biarkanlah terjadi
ringan, mengapung, seperti busa putih yang malas–
siapa bicara soal menyembuhkan?
(Dan lolongan yatim piatu diteruskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya: seperti dalam pacuan estafet:
tongkat tak pernah jatuh.)

Biarkan ia datang
seperti bunga-bunga liar,
secara tiba-tiba, karena ladang
harus memilikinya: perdamaian alam bebas.

Wild Peace (1971–diterjemahkan dari Ibrani dengan judul Shalom Bar ke Inggris oleh Channa Bloch & Stephen Mitchell terbitan 1996).
Yehuda Amichai (1924–2000)

Friday, June 20, 2025

Kisah tentang Pertandingan antara Orang Yunani dan Orang China dalam Seni Lukis dan Potret

Suatu kali orang-orang China berkata, ‘di seni kami adalah yang terbaik!’
            Orang-orang Yunani berkata, ‘Dengan bakat lebih besar kami diberkati!’
Sang Sultan berkata, ‘Aku akan menyiapkan sebuah ujian bagimu
            Untuk melihat mana dari klaimmu yang sungguh benar.’
Mereka bersiap melukis sisi dalam sebuah ruang,
            Dalam pengetahuan orang Yunani memang jauh lebih superior.
‘Ayo, tunjukkan kami sebuah ruang,’ kata orang China,
           ‘Dan berikan orang Yunani satu ruang yang mirip, kami mohon.’

Mereka mendapatkan ruangan bersebelahan yang berbentuk sepasang,
            Setengah untuk masing-masing kelompok, maka demikian sangat adil;
Kemudian orang China meminta banyak cat,
            Sang raja memberikannya, murah hati seperti seorang orang suci:
Setiap subuh orang-orang dari gudangnya akan membawakan
            Lebih banyak cat untuk mereka sebagai hadiah dari raja yang murah hati ini,
Orang Yunani berkata, ‘lukisan penuh warna tidak akan membuktikan
            Keberhasilan–warna adalah apa yang harus kita singkirkan!’
Mereka menutup ruang mereka, memoles setiap dinding
            Bersih seperti surga-surga di atas kita semua;

Warna pada ketiadaanwarna bisa mengubah sangat cepat,
            Warna adalah seberkas awan, ketiadawarnaan bulan;
Jika dalam kabut beberapa pancaran harus muncul,
            Itu berasal dari matahari dan bulan yang disinarinya.
Ketika orang China merasa karya mereka sudah selesai
            Mereka menabuh genderang mereka untuk merayakan pencapaian itu,
Sang raja datang dan melihat lukisan-lukisan itu di sana
            Yang memesonakannya, karena keindahannya sangat langka;
Kemudian dia pergi ke orang-orang Yunani, yang dengan cepat mengangkat
            Layar di depan dan membuatnya semakin kagum:

Gambar di karya itu sangat bagus
            Membias di dinding yang membuat mereka bersinar–
Apapun yang ia lihat di sana menyinari setiap dinding
            Dari rongga mulai mata mereka berjatuhan!
Orang Yunani jelas membela para Sufi:
             Tanpa teknik-teknik dari buku-buku teori,
Mereka telah membersihkan dada mereka dengan baik yang membuat mereka bersinar terang
              Jauh dari semua kekikiran, hasrat, dan kedengkian.
Hati adalah sebuah cermin dengan semacam kemurnian
               Ia bisa membiaskan bentuk-bentuk dari keabadian:

Semacam gambar yang murni, tak terikat, tak seperti karya seni,
               Bersinar melalui tangan Musa dari hatinya;
Bahkan surga pun tak mampu menampung bentuk-bentuk ini               
               Bukan takhta, bukan lautan, bukan pula dataran terbuka,
Karena mereka semua diberi angka dan dibatasi,
               Sementara para hati adalah satu dan mereka tak terbatas–
Otak jatuh dengan hening di sini atau tersesat:
               Hati bersama Tuhan, atau adalah Tuhan dalam beberapa hal.
Tak ada bentuk yang membias bersinar selamanya
               Tetapi melalui hati, rumah ketakterbatasan,

Dengan setiap gambar yang bisa mencapai tempat ini
                Muncul tanpa tabir di seberang wajahnya.

Para pemoles melemparkan semua warna, maka mereka bisa
                Dengan setiap nafas melihat apa yang indah dan bagus:
Melampaui sekam pengetahuan yang bisa mereka lihat,
                Mereka mengangkat bendera kebenaran yang pasti,
Semua pikiran telah meninggalkan mereka, karena mereka telah melihat cahaya
                Kedalaman laut dan dada-dada mereka masih terlihat.
Tersebab kematian seluruh orang-orang lainnya berlari ketakutan,
                Mengolok-olok dan menertawakannya orang-orang ini berani

Untuk menaklukkan hati mereka tak ada harapan di neraka–
                 Permata tak disakiti, hanya cangkangnya belaka;
Melampaui tata bahasa, hukum, teologi,
                  Mereka telah memilih peniadaan diri, kemiskinan,
Ketika gambar-gambar dari surga menyinari bumi
                   Hati mereka menerimanya, dan mereka tahu mereka berharga;
Tempat mereka lebih mulia ketimbang Takhta Tuhan,
                   Kursi Kepastian Tuhan telah mereka ciptakan sendiri.

The Story About The Competition Between The Greeks and The Chinese in The Art of Painting and Potraiture (The Masnavi–translated from Persian to English by Jawid Mojaddedi 2004)
Jalaluddin Rumi (1207-1273)