Monday, December 30, 2024

Siput

Maksudku, analogi menuliskan dirinya sendiri
seperti bawang dalam sebuah keangkuhan besar
meski kami benar-benar seperti dua yang lamban
dalam sebuah mauseloum yang terlantar
Google-lah “siput-siput adalah…”
Bahaya. Lambat.
Menghancurkan tamanku.
Pekerjaan-pekerjaan dan perempuan-perempuan kami.

Engkau, yang tidak bisa bicara bahasa siput,
tak akan mengerti bagaimana cangkang
adalah anugerah dan kutukan diaspora
bagaimana lagu dan ratapan kami berkumandang
dalam rumah separuh-terkenang kami
yang kami bawa untuk dilupakan, untuk diteruskan.

The Snails (Poetry Review–2021)
Samatar Elmi

Sunday, December 29, 2024

Mencari Ayah

Ketika ayah mati
kau mencari petunjuk

Di baris
Sorbitrate,

tulisan tangan yang rapi,
kolon yang tak dibuka

dan di udara senja,
jejak suara bariton.

Kau percaya
mereka bisa membawa

ke sebuah kisah yang lebih besar
ketimbang dari satu yang kau tahu itu,

lebih besar
ketimbang wajah yang menengadah

secara abstrak
dari sebuah buku,

berdaulat,
misterius,

sementara komentar pertandingan kriket menyeruak tak masuk akal
di layar sebuah televisi

sampai kau temukan
kekeliruan lama–

titik-titik
tak pernah benar-benar tersambung

petunjuk-petunjuk,
tidak pernah benar-benar berfungsi,

itu bahkan ketika dia masih ada
Ayah selalu

sepotong-sepotong
ia sendiri adalah petunjuk,

dan satu-satunya cara
ke pusat dirinya

adalah cara rahasia
melewati epidemi

hidup dan buku-buku,
jalur karnaval

pemberiaan maaf.
Selalu seperti itu.

Dan maka, ketika ayah
berpencaran–

amarah, tawa,
kebingungan liar dan semuanya–

menuju laut dan api
dan langit yang terserak,

menuju rangka buaian-keliling
dan memecah hasrat

tak ada yang mengikuti
kecuali melalui tarian,

tarian hebat yang menghanguskan
di mana tersingkapnya tempat mereka berdiri

terlepas, niscaya salah,
seluruhnya,

seluruh
dalam tubuh demokrasi yang lembut,

seluruh
dalam jantung keberpihakan yang keras kepala

engkau mengenalnya sebagai cinta.

Finding Dad (Love Without Story-2019)
Arundhati Subramaniam (1973– ) 

Friday, December 27, 2024

Toilet

Sebuah gunting kuku mengapung di sebuah toilet duduk
Seperti bulan sabit membayang dalam air,

Keindahan adalah hening dan sadar-diri.

Seorang karakter dalam sebuah novel
duduk di toilet.

Terkadang untuk selamanya.

Bicara tentang,
ke mana kotoran miliaran orang pergi?

Kembali ke pinggir kota.

Di negeriku, di mana seorang lelaki mengendarai
sebuah gerobak lumpur, dan dengan topi felt abu-abunya membungkuk
untuk memeriksa biji-biji oak yang kecil.

Aku berjongkok di atas toilet
sampai kuberakkan segumpal kabut ke sebentang langit biru yang murni.

Suatu hari, aku berharap itu memberikan seorang bocah lelaki kecil
peneduh ketika ia memakan
apel-apel liar dengan anjingnya

Sebuah tempat untuk membaca.

Pada akhirnya, ladang ke mana ayahku pergi di malam hari
kini adalah sebuah universitas.

Dan sebuah toilet adalah sebuah tempat yang damai untuk memikirkan rumah.

Sendirian dengan gemerisik dedaunan pisang pada penutup jendela
dan menyadari bahwa malam telah menghentikan hujan.

Tidak, kami tidak pernah cukup makan,
dan ya, kami sulit untuk pergi, kata bibiku.

Dia bangkit untuk pergi ke kamar mandi,
dan aku bertanya-tanya bagian mana yang paling menyakitkan,

bersembunyi di balik sebuah tembok batu

di mana setiap sebiji kenari kuning tunggal
gugur setiap hari.

Aku? Paling tidak, aku akan kencing
setiap hari sampai aku mati.

Kemudian seorang pribadi mati dan aku menyadari
bahkan kencing pun indah.

Seperti perpustakaan sebelum tutup.

Di ujung hari,
inilah hidupku.

Toilet (Paris Review–Winter 2024)
Hua Xi


Monday, December 23, 2024

Tujuh Belas Tahun & Bar Gay

surga dengan gin yang berat ini, lantai yang terberkati untuk bisa memikirkan gay & berarti kami.
diberkatilah ktp palsu & centeng yang tahu
kebutuhan ini dibutuhkan, untuk bisa bersama, untuk tahu bagaimana
seorang lelaki mencicipi penuh pada vodka & dan bebas dosa. Aku tak tahu tuhan yang mana untuk diucapkan doa.
aku melihat kristus, aku melihat setiap mulut pada lantai dansa, aku pesan
wiski coke, sebutlah itu darah penyelamat baruku. dia adil.
dia memohon padaku untuk joged, untuk mengagumi para lelaki dengan
                                                               gairah
pinggul yang kubawa, dia anggap mulutku pada kebutuhan mulut beberapa orang
       asing.
diberkatilah mulut lelaki itu, lagunya kami ayunkan lemah pada, ketukan, titilagu,
       panjang
tangannya pada pahaku dan punggung dan aku tak tahu aku dari negara mana.
aku ingin hidup pada lidahnya, membangun rumah gospel dan gairah
aku ingin mengangkat sebuah kota di belakang giginya untuk semua anak lelaki paduan suara dan lemari untuk
        tempat mengungsi.
aku ingin tuhan baruku melihat ke mekah yang kubangun untuknya dan menyebutnya sangat bagus
atau mungkin aku hanya mabuk dan bebas untuk kali pertama, berniat menyembah
        apapun yang bisa kucicipi.              

The 17-Year-Old & Gay Bar
Danez Smith

Citra Ilahi

Kekejaman memiliki Hati Manusia
Dan Kecemburuan memiliki Seberkas Wajah
Teror memiliki Manusia Berwujud Tuhan
Dan Rahasia, Pakaian Manusia

Pakaian Manusia, adalah Besi ditempa
Wujud Manusia, Tempaan berapi.
Wajah Manusia, Permukaan terkunci
Hati Manusia, lapar Ngarainya.

A Divine Image
William Blake (1757-1827)

Saturday, December 21, 2024

Burung dalam Sangkar

Seekor burung melompat
ke atas punggung angin
dan melayang ke hilir
sampai ke ujung arus
dan mencelupkan sayapnya
ke dalam cahaya matahari oranye
dan berani menyatakan langit adalah miliknya.

Tetapi seekor burung yang mengintip
ke bawah melalui kandangnya yang sempit
hanya bisa melihat belaka melalui
jeruji-jeruji kemarahan
sayap-sayapnya berkepakan dan
kaki-kakinya terikat
maka dibukanya kerongkongannya untuk bernyanyi.

Burung dalam sangkar bernyanyi
dengan getar penuh takut
pada hal-hal tak dikenal
tetapi tetap merindu
dan nadanya terdengar
pada lembah di kejauhan
sebagai burung dalam sangkar
yang menyanyikan kemerdekaan.

Dan burung bebas memikirkan semilir yang lain lagi
dan menukar angin dengan lembut lewat desahan pepohonan
dan cacing gendut menanti di atas rerumputan cerah waktu subuh
dan dia menyebut langit sebagai miliknya.

Tetapi burung dalam sangkar berdiri di atas pusara impian
bayangannya meneriakkan sebuah jeritan mimpi buruk
sayapnya berkepakan dan kaki-kakinya terikat
maka dibukanya kerongkongannya untuk bernyanyi.

Burung dalam sangkar bernyanyi
dengan getar penuh takut
pada hal-hal tak dikenal
tetapi tetap merindu
dan nadanya terdengar
pada lembah di kejauhan
sebagai burung dalam sangkar
yang menyanyikan kemerdekaan.

Cage Bird (Shaker Why You Don’t Sing?-1983)
Maya Angelou (1928-2014)


 

Wednesday, December 18, 2024

Selamat, Kawan-kawan!

Nyaring, lonceng-lonceng Natal! Berdentang keras dan panjang! 

Semoga kelompok paduan suara bergembira dalam lagu 

Meski tak sedikit dari kami yang kecewa 

Biarkan kesuraman dan malapetaka ditabuhkan olehnya 

Ketika hari-hari tumbuh singkat, panas, dan kering 

Dan kabut entah darimana meredupkan langit 

Wahai kawan-kawan tersayang, kami dipersiapkan untuk mendoakanmu  

kebahagiaan 

Dan bahkan di waktu semacam ini, 

Dengan salam kasih, dan penuh kegembiraan 

Dan berharap untuk keberuntungan lebih baik tahun depan, 

Dan tahun-tahun yang akan datang-kita akan membutuhkannya 

Tuah besar, semoga Tuhan mempercepatnya! 

Untuk Kamala dan Doug dan Gwen 

Dan Tim, kalian berikan sepuluh kali sepuluh 

Per sen, ya, kalian berikan semua milik kalian, 

Lalu melakukannya dengan benar dan menyatakan, 

Mengaku bahwa kau belum menang- 

Mohon catat ini, wahai lawan, bagaimana itu dilakukan. 

Lalu-bagaimana dengan para Yankees itu, ya? 

Well, ya, para Dodgers mengalahkan mereka, meski 

Para Yanks bertahan dengan berat dan menatap curiga 

Pada joged konyol para Dodgers 

Kini, di manakah daftar kita? Dulu di sini- 

pada ucapan selamat-yang jauh dan dekat- 

Ah, bagus. Kita menemukannya. Mari kita lanjutkan 

Ke pesta, dengan ucapan panjang ini, 

Noah Lyles yang gesit, orang tercepat di dunia 

Selena Gomez, Aykroyd (Dan),  

Bill Skarsgard, Nascars’s Ryan Blaney, 

Senator Andy Kim, Dana Delany, 

Isata Kanneh-Mason yang luwes 

Yang rif-rif kibornya membuat hati berpacu 

Jose Iglesias, yang Mets,  

Yang luar Biasa! (Tunggu, em, ambil 

Sedetik saja untuk mengabuti pohon kita
Dengan api penghalang, ‘karena, kau lihat,
Kuas api yang sial itu datang mendekat….) Semoga kebahagiaan dalam satu dosis raksasa Menurun pada pemaraton Ruth Chepng’etich! Dalam kebenaran sempurna Kami mengharapkan kesubliman pada
Danielle Deadwyler, Stewart (Jon),

Eve Best, Ed Yong, Michelle Obama,
Willie Nelson, Zac Oyama,
Coco Gauff, si pemain tenis,
Andre Dickens, walikota Atalanta,
Chloe Misseldine si balet
(Sebuah gejala seperti yang tak pernah kita lihat?)
Ludacris, dan Jon Stout yang baik.
Pada intinya, kami bersemangat dengan
Pesta yang akan kita hamburkan segera
Untuk mereka semua dan Paul Muldoon,
Laura Gillen, Josh Saphiro,
Angela Merkel (tetap pahlawan kami),
Melissa Kirsch-nya The New York Times,
Steve Aoki, Seymour Hersh,
Yorgos Lanthimos (tentu saja),
Jean Smart dan Quannah Chasinghorse,
Stevie Wonder, Trilby Schreiber,
Setiap dan masing-masing pelanggan berbayar,
Anunoby, yang Knicks,
Jersey Giants kami, hanya untuk menendang,
Zendaya dan Dev Patel
(yang pada keluarbiasaannya kita bakal berdiam) 
Semua peselancar globe-salju di atas arena es mereka
Dan setiap Minnesota Lynx.
Kini kejayaan menjadi, ia mulai hujan!
Dengan bendungan yang tak lagi mengering,
Mari berdoa untuk salju–kita akan memesan peluncur salju
Untuk Dr Fauci dan paramedisnya,
T-Pain, James Snyder, Tina Davis,
Emma Stone, Ms Staples (Mavis),
Ha Jin, Samara Joy, Brad Lander,
Janelle Bynum (Oregander,
Anggota Kongres Kulithitam Pertama dari Negara Bagian itu!)
Breanna Stewart, Winslet (Kate),
Chappell Roan, Josh Stein, Matt Damon,
Stacy Schiff, dan Christian Gehman.
Mengangkut Flexible Flyer lama yang indah,
Yang di sana kita akan meluncurinya dari tempat-tempat tertinggi,
Melereng kebencian dengan Walton Goggins
(Mungkin kita tak mematahkan kedua trofi kecil kita),
Sementara HL Gates, dikenal sebagai Skip,
Gumpalan-gumpalan salju mempercepat di belakang
Menggambarkan bingkai pikiran pesta kami
Re ’24: Mari jangan lupakan
Kita semua dalam utang Navalny yang berani.
Dia menunjukkan jiwa tetap bisa bebas
Apapun yang mengelilinginya.
Hidup kita tak serupa benar seperti dia;
Kita bersyukur padanya terutama karena
dia hidup, tampak, tanpa takut–
Tak tertangkap, tak patah, tak gentar,
Tak hancur oleh kecurangan hidup ala tikus,
Tenang dalam keberanian lama yang datar.
Jadi kini, kawan-kawanku tersayang, tahun sebelumnya berlepas;
Biarkan beberapa lega menyegarkan hati kita.
Musim berbicara soal kegigihan cinta
‘Melintasi kegelapan keberadaan;
Semoga diberkahi kita berjalan dalam cinta; dan berusaha–  
harapan indah untuk semua di ’25.

 

Greetings, Friends! (The New Yorker, December 16th 2024)
Ian Frazier (1951 - )

  

Sunday, November 3, 2024

Mimpi Pertama

Serigala-serigala muncul ke jalanan dan melewati
        halaman samping rumah tua-ini

adalah masa taman kanak-kanak-dan aku diam berdiri
meski aku ketakutan

berada di tengah-tengah mereka dan mereka menyadariku tetapi
tak mengigit atau mengancamku. Cahaya memang terang yang
kukenal-waktu itu-

terlihat satu jam sebelum hujan badai;
         pudar, terang kusam dan ada di mana-mana meski

tanpa sumber yang terlihat. Para serigala berbulu abu-abu
compang-camping-bulu jelek, berjumbai

-dan bagian belakang mereka kurus
         dibandingkan bahu-bahu mereka yang besar.

Mereka sepertinya datang dari jalanan,
         Jalan Liscum, dan masuk ke tanah milik (yang

nyaris satu hektar dan pernah menjadi sebuah
         perkebunan), dan mereka berpisah di dekat

aku berdiri. Benar-benar nyaris gelombang 
mereka, serigala-serigala itu, seakan
-akan mereka telah menaiki bukit dari Jalan West
Third atau entah bagaimana melewati

rantai penghubung pemakaman VA yang
menelusuri bukit

di Jalan Liscum.

                Seorang teman kulit putih menulis padaku
      sosok manusia melintasi sekawanan hewan tanpa

tersakiti. Dan dia bilang bahwa dia melihat
mimpi itu bukan tentang

para serigala yang sama halnya dengan melewati kesulitan,
percakapan ini

terjadi berdekade-dekade setelah mimpi itu sendiri, yang adalah
sesuatu tentang momen-visual,

larut dengan kegelisahan yang jelas-dan tersimpan dalam
                 ingatanku ketika itu setahun sebelum dia

dan aku bertemu.

     Jangan salah paham, teman-temanku yang fasih
dan tersayang, aku tahu

itu adalah momen yang tak stabil. Jempol-jempolku
berbeda, aku melihatnya, dari yang satu
ke yang lainnya. Setelah jalan raya ada pohon 
pir dan kenari. 

Seseorang melewati hutan, atau setidaknya ada jejak.

Sebuah perasaan hampa menguasaimu di ladang.

Ada sebuah gerbang di jalan raya tetapi hanya

      tiang yang tersisa, menjulang di dekat
      pembatas yang berhenti di kedua sisi 

jalan masuk dari jalan. Apa yang disimpulkan
oleh bukit? Kisah-kisah asli? Kanan
dan kiri terpisah jauh sebelum ini. Umpankan aku, cinta

-aku bisa lewat sampai aku bicara.

CS Giscombe (1950-)
First Dream-Negro Mountain (2023)













Tentang Kemunduran Para Peramal

Di dalam sebuah kuil yang runtuh patung dewa
            yang rusak berbicara dengan bahasa yang
            misterius
–Giorgio de Chirico

Ayahku menyimpan seekor keong berbintik
Di dekat dua penyangga perunggu kapal yang berlayar
Dan ketika aku mendengar giginya yang dingin mendidih
Dengan suara laut yang ambigu itu
Bocklin Tua terlewatkan, memegang seekor kerang
Untuk mendengar laut yang tak bisa ia dengarkan.
Apa yang keranglaut katakan kepada pedalaman telinganya
Dia mengetahuinya, tapi tak seorang pun petani yang tahu.

Ayahku mati, dan ketika dia mati
Dia ingin buku-buku dan kerangnya pergi;
Buku-buku dibakar, laut mengambil kerang,
Tetapi aku, aku menyimpan suara yang ia
Tanamkan di telingaku, dan di dalam mataku
Kilasan biru itu, gelombang-gelombang tak terlihat
Yang membuat hantu Bocklin berduka.
Pesta para petani dan membanyak

Dan tak pernah butuh melihat apa yang aku lihat
Di Kuil Bebatuan yang Rusak, di atas
Selembar tirai usang, yang menampakkan kepala pucat
seorang dewa atau orang gila. Tak seorangpun tahu
Siapa, atau berani bertanya. Darinya aku tahu
Gosip dan keputusasaan esok hari. Terlalu banyak
Adalah visi bertujuan baik: seperti jahitan ketat
Di dalam, ia menggerutu, bosan.

Mengangkangi sebuah bangku di jendela lantai tiga-
Pojok Rumah Alexandra
Di Atas Petty Cury, Aku memandangnya
Dengan beberapa ruang berkepul yang lelah
Di restoran di seberangnya; melihatnya memaksa
Dirinya pada juru masak di kompor beruap
Sebuah gambar tentang apa yang akan terjadi. Aku
Sudah menantikannya. Ia akan datang. Ia datang;

Tiga orang yang kurang dikenal muncul
Di Tangga: mereka ini menutupi kompor dan dapur.
Yang seorang pucat, dengan rambut oranye;
Di balik kacamatanya mata keduanya mengabur;
Langkah ketiganya bersandar pada sebilah tongkat
Dan tersenyum. Citra-citra remeh ini
Menyerbu mata rahib seperti halaman-halaman
dari sebuah komik strip jorok, dan menuju

Yang terjadi dari yang terjadi ini
Bumi berputar kini. Dalam setengah jam
Aku akan menuruni tangga lusuh dan berjumpa,
Muncul, yang bertiga itu. Harganya
Kurang ketimbang yang saat ini, sebelumnya–masa depan ini.
Semacam visi tak berharga ke mata yang menjadi tumpul
Yang pernah menjelaskan jatuhnya menara-menara Troy,
Melihat kejahatan muncul dari utara.

Sylvia Plath (1932-1963)
On the Decline of Oracles