Saturday, June 28, 2025

Setiap Pagi


Aku baca koran,
Kubuka lipatannya dan menelitinya dengan cahaya matahari
Cara mortir-mortir merah, dalam foto-foto,
melengkung menuju pemukiman-pemukiman
seperti bintang-bintang, cara kematian
menyisir semua hal ke dalam puing abu-abu sebelum
kamera bergerak. Bagian
mana pada kegelapan jiwaku
bergetar: engkau tak ingin tahu lebih banyak lagi
soal ini. Dan kemudian: engkau tak tahu apapun
kecuali kau melakukannya. Bagaimana orang-orang tidur
bangun dan berlari ke gudang bawah tanah,
bagaimana anak-anak menjerit, lidah-lidah mereka
berusaha untuk berenang menjauh–
bagaimana sang pagi muncul
seperti sekuntum mawar putih yang pelan
ketika jumlah memanjati ambang batas yang menggelembung.
bergerak di antara mobil-mobil yang dihantam, jalan-jalan
di mana ambulans-ambulans berdentang tak akan
berhenti sepanjang hari, kematian seperti sebuah kebiasaan–
bagaimana terkadang kamera jeda ketika satu keluarga
menghitung, dan semua dari mereka hidup,
mulut kering mereka adalah gua tanpa kata-kata
dalam bulan-bulan belepotan di wajah-wajah mereka,
sebuah kegilaan yang sejauh ini kita tidak punya nama untuknya–
semua ini aku baca di koran,
dalam cahaya matahari,
aku membaca dengan mataku yang dingin, tajam.
Every Morning (Poetry–1986)
Mary Oliver (1935-2019)

Thursday, June 26, 2025

Soneta Warga Amerika Karolina Selatan untuk Hari Kemerdekaan

Rasa nyaman bau babi asap di pagi hari sebagian besar membakar lemak dan garam, tetapi rasanya manis sebagai bagian babi yang menyimpan jiwa. “Jika engkau tak memberkatinya, ia mungkin membuatmu tersedak,” demikian sepertinya yang hendak dikatakan Ma di depan piring. Definisiku tentang keluarga termasuk di dalamnya rasa tahu kerabat dan berpikir bahwa mereka semua tahu tentangmu, tetapi hanya membicarakan hal-hal ini dengan anggota keluarga ketika engkau tak ada di ruangan. Terakhir kali aku pulang, sepupuku menawariku daging cincang, sisa tumbukan babi sebelum perang, mendidih, utuh-liver dan paru-paru, otak ke moncong dan tengkorak-tertutup saus panas & dihidangkan di atas setumpuk nasi instan. Aku bilang, “Wah tidak,” tetapi kubiarkan sedikit menyentuh lidahku demi sopan-santun, sebelum bilang “Wah tidak” dua kali.

South Carolinian American Sonnet for Independence Day (The New Yorker-June 23th 2025.

Terence Hayes (1971- )

Wednesday, June 25, 2025

Perdamaian Alam Bebas

Bukan perdamaian gencatan senjata,
bahkan bukan penglihatan serigala dan domba
tetapi lebih kepada
sebagaimana di dalam hati ketika selesai gembira
dan engkau hanya bisa bicara tentang satu kelelahan besar.
Aku tahu bahwa aku tahu caranya membunuh,
yang membuatku menjadi seorang dewasa.
Dan anak lelakiku bermain dengan senapan mainan yang tahu
cara untuk membuka dan menutup matanya dan mengucapkan Mama.
Sebuah perdamaian
tanpa keributan besar memukulkan pedang-pedang ke mata bajak,
tanpa kata-kata, tanpa
gedebuk stempel karet yang berat: biarkanlah terjadi
ringan, mengapung, seperti busa putih yang malas–
siapa bicara soal menyembuhkan?
(Dan lolongan yatim piatu diteruskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya: seperti dalam pacuan estafet:
tongkat tak pernah jatuh.)

Biarkan ia datang
seperti bunga-bunga liar,
secara tiba-tiba, karena ladang
harus memilikinya: perdamaian alam bebas.

Wild Peace (1971–diterjemahkan dari Ibrani dengan judul Shalom Bar ke Inggris oleh Channa Bloch & Stephen Mitchell terbitan 1996).
Yehuda Amichai (1924–2000)

Friday, June 20, 2025

Kisah tentang Pertandingan antara Orang Yunani dan Orang China dalam Seni Lukis dan Potret

Suatu kali orang-orang China berkata, ‘di seni kami adalah yang terbaik!’
            Orang-orang Yunani berkata, ‘Dengan bakat lebih besar kami diberkati!’
Sang Sultan berkata, ‘Aku akan menyiapkan sebuah ujian bagimu
            Untuk melihat mana dari klaimmu yang sungguh benar.’
Mereka bersiap melukis sisi dalam sebuah ruang,
            Dalam pengetahuan orang Yunani memang jauh lebih superior.
‘Ayo, tunjukkan kami sebuah ruang,’ kata orang China,
           ‘Dan berikan orang Yunani satu ruang yang mirip, kami mohon.’

Mereka mendapatkan ruangan bersebelahan yang berbentuk sepasang,
            Setengah untuk masing-masing kelompok, maka demikian sangat adil;
Kemudian orang China meminta banyak cat,
            Sang raja memberikannya, murah hati seperti seorang orang suci:
Setiap subuh orang-orang dari gudangnya akan membawakan
            Lebih banyak cat untuk mereka sebagai hadiah dari raja yang murah hati ini,
Orang Yunani berkata, ‘lukisan penuh warna tidak akan membuktikan
            Keberhasilan–warna adalah apa yang harus kita singkirkan!’
Mereka menutup ruang mereka, memoles setiap dinding
            Bersih seperti surga-surga di atas kita semua;

Warna pada ketiadaanwarna bisa mengubah sangat cepat,
            Warna adalah seberkas awan, ketiadawarnaan bulan;
Jika dalam kabut beberapa pancaran harus muncul,
            Itu berasal dari matahari dan bulan yang disinarinya.
Ketika orang China merasa karya mereka sudah selesai
            Mereka menabuh genderang mereka untuk merayakan pencapaian itu,
Sang raja datang dan melihat lukisan-lukisan itu di sana
            Yang memesonakannya, karena keindahannya sangat langka;
Kemudian dia pergi ke orang-orang Yunani, yang dengan cepat mengangkat
            Layar di depan dan membuatnya semakin kagum:

Gambar di karya itu sangat bagus
            Membias di dinding yang membuat mereka bersinar–
Apapun yang ia lihat di sana menyinari setiap dinding
            Dari rongga mulai mata mereka berjatuhan!
Orang Yunani jelas membela para Sufi:
             Tanpa teknik-teknik dari buku-buku teori,
Mereka telah membersihkan dada mereka dengan baik yang membuat mereka bersinar terang
              Jauh dari semua kekikiran, hasrat, dan kedengkian.
Hati adalah sebuah cermin dengan semacam kemurnian
               Ia bisa membiaskan bentuk-bentuk dari keabadian:

Semacam gambar yang murni, tak terikat, tak seperti karya seni,
               Bersinar melalui tangan Musa dari hatinya;
Bahkan surga pun tak mampu menampung bentuk-bentuk ini               
               Bukan takhta, bukan lautan, bukan pula dataran terbuka,
Karena mereka semua diberi angka dan dibatasi,
               Sementara para hati adalah satu dan mereka tak terbatas–
Otak jatuh dengan hening di sini atau tersesat:
               Hati bersama Tuhan, atau adalah Tuhan dalam beberapa hal.
Tak ada bentuk yang membias bersinar selamanya
               Tetapi melalui hati, rumah ketakterbatasan,

Dengan setiap gambar yang bisa mencapai tempat ini
                Muncul tanpa tabir di seberang wajahnya.

Para pemoles melemparkan semua warna, maka mereka bisa
                Dengan setiap nafas melihat apa yang indah dan bagus:
Melampaui sekam pengetahuan yang bisa mereka lihat,
                Mereka mengangkat bendera kebenaran yang pasti,
Semua pikiran telah meninggalkan mereka, karena mereka telah melihat cahaya
                Kedalaman laut dan dada-dada mereka masih terlihat.
Tersebab kematian seluruh orang-orang lainnya berlari ketakutan,
                Mengolok-olok dan menertawakannya orang-orang ini berani

Untuk menaklukkan hati mereka tak ada harapan di neraka–
                 Permata tak disakiti, hanya cangkangnya belaka;
Melampaui tata bahasa, hukum, teologi,
                  Mereka telah memilih peniadaan diri, kemiskinan,
Ketika gambar-gambar dari surga menyinari bumi
                   Hati mereka menerimanya, dan mereka tahu mereka berharga;
Tempat mereka lebih mulia ketimbang Takhta Tuhan,
                   Kursi Kepastian Tuhan telah mereka ciptakan sendiri.

The Story About The Competition Between The Greeks and The Chinese in The Art of Painting and Potraiture (The Masnavi–translated from Persian to English by Jawid Mojaddedi 2004)
Jalaluddin Rumi (1207-1273)




 


           

Wednesday, June 18, 2025

Penghentian Terbaik

Apakah aku dulunya adalah seorang nabi atau sekretaris,
bahwa pada akhirnya pengalaman yang belum pernah kualami mungkin bisa diterapkan pada masalah-masalah akhir.
Sebagai lawan terhadap pertapaanku yang kurang penuh, yang tak pernah pengetahuanku harus menginspirasi sebuah algoritma tunggal, alami atau sebaliknya. Masih, aku tak mendengar akhir
dalam kepalaku. Apakah aku dulunya adalah sebuah balada
yang terlibat dalam sebuah teori pengurangan
yang dikembalikan, di dalam surga, seperti waktu, akhirnya tetap
hilang seperti cincin tungsten yang pernah kita pakai untuk mematahkan
kemajuan-kemajuan yang tak diinginkan. Tiga puluh tujuh persen waktu, aku tak mengajukan lamaran.
Meskipun surat-surat tetap bergulir masuk, berterimakasih padaku karena membagikan karyaku yang menjanjikan.
Karyaku ditatap selamanya di elevator yang tak bisa kunaiki–
karena, untuk semua angka yang menarasikan ketergantungan
penyeimbang-penyeimbang dan kabel-kabel sublim,
yang untuk berabad-abad secara lembut menyampaikan usaha
terbaik kita ke kantor-kantor pojok, aku tak pernah bisa merencanakan
kurva yang kupercayai…tak pula menelusuri janji parabolis pada apa yang bisa bertahan, berdiri
seperti sebuah gnomon dalam matahari yang hina, menghitung cara-cara, menodai tangga-tangga tak licin
dengan bayangan-bayangan berbentuk kaki, tak mampu dihentikan.

Optimal Stopping (The Nation , June 10th 2025)
Devon Walker-Figueroa

 

  

Friday, June 13, 2025

Aku tak Ingin Jadi Baik

Ada di sini dia sekarang

Jari-jari cepat, mata pakar
Dan ‘apa kabar’ yang itu-itu juga
Jijik adalah penyamarannya bodohnya
Dia ingin bersepatah kata denganmu

Masalahnya adalah di akhir
Mulutnya perlu berlatih
Hal terakhir yang kubutuhkan adalah seorang teman yang lain lagi
Aku tak ingin jadi baik

Aku tak ingin jadi baik
Aku kira menyumpah itu cerdas
Lebih baik mencari beberapa suara nasehat
Lebih baik melihat ke tempat lain

Wajahmu adalah sebuah kasus yang jelas
Engkau tak harus menunjukkannya
Ini bukanlah waktunya bukan pula tempatnya
Untuk menyelesaikan masalah-masalah ini

Apa yang kau lihat adalah apa yang kau dapatkan
Engkau hanya hidup dua kali
Seorang teman yang membutuhkan adalah seorang teman yang berutang
Aku tak ingin jadi baik

Tidak kita tak pernah bertemu sebelumnya
Aku sangat senang untuk bilang
Jauh dari orang asing yang sempurna
Aku ingin membiarkannya tetap seperti itu

Aku bukanlah psikoanalismu
Aku lebih suka bicara pada tikus
Engkau terlalu mudah menentang
Aku tak ingin jadi baik

Aku tak ingin jadi baik
Aku kira menyumpah itu cerdas
Lebih baik mencari beberapa suara nasehat
Lebih baik melihat ke tempat lain

Wajahmu adalah sebuah kasus yang jelas
Engkau tak harus menunjukkannya
Ini bukanlah waktunya bukan pula tempatnya
Untuk menyelesaikan masalah-masalah ini

Apa yang kau lihat adalah apa yang kau dapatkan
Engkau hanya hidup dua kali
Seorang teman yang membutuhkan adalah seorang teman yang dalam
Aku tak ingin jadi baik

I Don’t Want To Be Nice (Disguise in Love–1978)
John Clopper Clark (1949 - )

Saturday, June 7, 2025

Buatlah Audiobook Sebelum Buku Dibuat

Setiap pagi, berdiri di depan cermin berkabut
bicara pada bayanganmu. Buku puisimu
sedang dicetak di sana. Nafasmu membelok
ke dalam baris-baris puisi sebelum digandakan kembali
terpisah menjadi beberapa gema dan arah.

Puisi terpenting dan paling tak penting
menjadi ketika air dan cermin memisahkan engkau
ke dalam lapisan-lapisan. Ketika beberapa darinya berkabut
di pagi hari, beberapa jelas seperti kaca,
masa depan datang. Dengan demikian, puisi-puisi
mungkin merefleksikan sudut pandang kaca
yang akan engkau lewati sepanjang hari, seakan
sepasang kembar menghantui penglihatanmu ke sekeliling.
Engkau duduk merokok ketika yang tercinta melayang
menuju pancuran mandimu. Jendela terbuka,
sebuah setapak selalu di sana. Mendengar terasa nyata
dan nirnyata ketika engkau melihatnya seperti sebuah warna
yang tak dinamai oleh siapapun. Di luar, mesin-mesin
meruntuhkan gedung lama untuk membangun
gedung yang lebih baru. Sinar matahari memanjat di antara
tubuh-tubuh berpasangan dan tak berpasangan.
Cermin-cermin membiaskan puisi-puisi terbaik
yang melengkung sehingga membaca terasa
seperti menatap ke dalam lorong beriak.
Cermin-cermin cekung dan cembung membentuk
sampul luar buku melebih-lebihkan ekspresi,
membuat yang lain tampak merentang, tertindih,
dan berubah, mencermini kelenturan
puisi-puisi itu sendiri. Nada dan topik
terangkat seperti cahaya di atas air bergerak.
Hujan jatuh ke pancuran, meluncuri
satu tubuh ia tak bisa menutupi irama
sebuah lagu yang asing. Engkau nyaris bisa mendengar
di dalamnya: sebuah ratapan. Pintu tertutup.
Tak pernah tertutup sebelumnya.
Make the Audiobook Before The Book is Made (The New Yorker–May 19th 2025)
Terrance Hayes (1971-)