Sunday, November 3, 2024

Mimpi Pertama

Serigala-serigala muncul ke jalanan dan melewati
        halaman samping rumah tua-ini

adalah masa taman kanak-kanak-dan aku diam berdiri
meski aku ketakutan

berada di tengah-tengah mereka dan mereka menyadariku tetapi
tak mengigit atau mengancamku. Cahaya memang terang yang
kukenal-waktu itu-

terlihat satu jam sebelum hujan badai;
         pudar, terang kusam dan ada di mana-mana meski

tanpa sumber yang terlihat. Para serigala berbulu abu-abu
compang-camping-bulu jelek, berjumbai

-dan bagian belakang mereka kurus
         dibandingkan bahu-bahu mereka yang besar.

Mereka sepertinya datang dari jalanan,
         Jalan Liscum, dan masuk ke tanah milik (yang

nyaris satu hektar dan pernah menjadi sebuah
         perkebunan), dan mereka berpisah di dekat

aku berdiri. Benar-benar nyaris gelombang 
mereka, serigala-serigala itu, seakan
-akan mereka telah menaiki bukit dari Jalan West
Third atau entah bagaimana melewati

rantai penghubung pemakaman VA yang
menelusuri bukit

di Jalan Liscum.

                Seorang teman kulit putih menulis padaku
      sosok manusia melintasi sekawanan hewan tanpa

tersakiti. Dan dia bilang bahwa dia melihat
mimpi itu bukan tentang

para serigala yang sama halnya dengan melewati kesulitan,
percakapan ini

terjadi berdekade-dekade setelah mimpi itu sendiri, yang adalah
sesuatu tentang momen-visual,

larut dengan kegelisahan yang jelas-dan tersimpan dalam
                 ingatanku ketika itu setahun sebelum dia

dan aku bertemu.

     Jangan salah paham, teman-temanku yang fasih
dan tersayang, aku tahu

itu adalah momen yang tak stabil. Jempol-jempolku
berbeda, aku melihatnya, dari yang satu
ke yang lainnya. Setelah jalan raya ada pohon 
pir dan kenari. 

Seseorang melewati hutan, atau setidaknya ada jejak.

Sebuah perasaan hampa menguasaimu di ladang.

Ada sebuah gerbang di jalan raya tetapi hanya

      tiang yang tersisa, menjulang di dekat
      pembatas yang berhenti di kedua sisi 

jalan masuk dari jalan. Apa yang disimpulkan
oleh bukit? Kisah-kisah asli? Kanan
dan kiri terpisah jauh sebelum ini. Umpankan aku, cinta

-aku bisa lewat sampai aku bicara.

CS Giscombe (1950-)
First Dream-Negro Mountain (2023)













Tentang Kemunduran Para Peramal

Di dalam sebuah kuil yang runtuh patung dewa
            yang rusak berbicara dengan bahasa yang
            misterius
–Giorgio de Chirico

Ayahku menyimpan seekor keong berbintik
Di dekat dua penyangga perunggu kapal yang berlayar
Dan ketika aku mendengar giginya yang dingin mendidih
Dengan suara laut yang ambigu itu
Bocklin Tua terlewatkan, memegang seekor kerang
Untuk mendengar laut yang tak bisa ia dengarkan.
Apa yang keranglaut katakan kepada pedalaman telinganya
Dia mengetahuinya, tapi tak seorang pun petani yang tahu.

Ayahku mati, dan ketika dia mati
Dia ingin buku-buku dan kerangnya pergi;
Buku-buku dibakar, laut mengambil kerang,
Tetapi aku, aku menyimpan suara yang ia
Tanamkan di telingaku, dan di dalam mataku
Kilasan biru itu, gelombang-gelombang tak terlihat
Yang membuat hantu Bocklin berduka.
Pesta para petani dan membanyak

Dan tak pernah butuh melihat apa yang aku lihat
Di Kuil Bebatuan yang Rusak, di atas
Selembar tirai usang, yang menampakkan kepala pucat
seorang dewa atau orang gila. Tak seorangpun tahu
Siapa, atau berani bertanya. Darinya aku tahu
Gosip dan keputusasaan esok hari. Terlalu banyak
Adalah visi bertujuan baik: seperti jahitan ketat
Di dalam, ia menggerutu, bosan.

Mengangkangi sebuah bangku di jendela lantai tiga-
Pojok Rumah Alexandra
Di Atas Petty Cury, Aku memandangnya
Dengan beberapa ruang berkepul yang lelah
Di restoran di seberangnya; melihatnya memaksa
Dirinya pada juru masak di kompor beruap
Sebuah gambar tentang apa yang akan terjadi. Aku
Sudah menantikannya. Ia akan datang. Ia datang;

Tiga orang yang kurang dikenal muncul
Di Tangga: mereka ini menutupi kompor dan dapur.
Yang seorang pucat, dengan rambut oranye;
Di balik kacamatanya mata keduanya mengabur;
Langkah ketiganya bersandar pada sebilah tongkat
Dan tersenyum. Citra-citra remeh ini
Menyerbu mata rahib seperti halaman-halaman
dari sebuah komik strip jorok, dan menuju

Yang terjadi dari yang terjadi ini
Bumi berputar kini. Dalam setengah jam
Aku akan menuruni tangga lusuh dan berjumpa,
Muncul, yang bertiga itu. Harganya
Kurang ketimbang yang saat ini, sebelumnya–masa depan ini.
Semacam visi tak berharga ke mata yang menjadi tumpul
Yang pernah menjelaskan jatuhnya menara-menara Troy,
Melihat kejahatan muncul dari utara.

Sylvia Plath (1932-1963)
On the Decline of Oracles