Aku bikin bisu para musisi ketika mereka berkumpul,
Aku pukul sanubari semua yang mendengarku
Karena kecapi kejeniusanku memiliki melodi yang langka:
Bahkan bagi kawan sejawat pun laguku asing.
Aku lahir ke dunia sebagai sebuah matahari baru,
Aku belum tahu cara dan gaya langit:
Bintang-bintang belum pergi dari hadapan kemegahanku
Air raksaku pun belum bergejolak;
Laut adalah yang tak tersentuh oleh sinar tarianku
Gunung-gunung adalah yang tak tersentuh oleh warna merahtuaku
Mata keberadaan tak familiar denganku;
Aku bangkit gemetar, takut menunjukkan diriku.
Dari Timur subuhku tiba dan mengarahkan Malam,
Sebutir embun segar berdiam di atas mawar dunia.
Aku menantikan para rahib yang bangun di waktu fajar:
Oh, bergembiralah mereka yang akan memuja apiku!
Aku tak butuh telinga hari Ini,
Aku adalah suara penyair hari Esok.
Zamanku sendiri tak mengerti makna-makna dalamku,
Yusufku tidak untuk pasar ini.
Aku putus asa dengan sejawat-sejawat lamaku,
Sinaiku terbakar demi Musa yang datang.
Laut mereka hening, seperti embun,
Tetapi embunku dilanda badai, seperti lautan.
Laguku dari dunia lain dari lagu-laguku mereka:
Lonceng ini mengimbau para musafir untuk mengambil jalan.
Seberapa sering seorang penyair yang setelah mati
Membuka mata kita ketika matanya sendiri tertutup,
Dan bergerak bertualang lagi dari ketiadaan
Ketika mawar-mawar mekar di atas tanah kuburannya!
Muhammad
Iqbal (1877-1938)
Diterjemahkan dari versi Bahasa Inggris Asrar-I Khudi berjudul The Secrets of
The Self. Terjemahan dari Persia ke Bahasa Inggris oleh Reynold A Nicholson–1920).