Bagaimana nasib bocah lelaki itu kini, yang telah kehilangan
bolanya.
Apa, apa yang akan dilakukannya? Aku lihat bolanya bergerak
Memantul gembira, turun ke jalanan, dan kemudian
Dengan gembira mengapung–di sana di atas air!
Tak ada gunanya bilang ‘O masih ada bola-bola lain’:
Sebuah kedukaan besar yang mengguncang menenangkan sang bocah
Ketika ia berdiri kokoh, gemetar, menatap ke bawah
Seluruh hari-hari mudanya masuk ke dermaga tempat
bolanya pergi. Aku tak ingin mengganggunya,
Sepeser uang, bola yang lain, tak ada artinya. Kini
Ia merasakan tanggung jawab pertama
Dalam dunia kepemilikan. Orang-orang akan mengambil bola,
Bola akan selalu hilang, bocah kecil,
Dan tak seorang pun membeli bolanya kembali. Uang abadi.
Dia belajar, tepat di belakang mata putus asanya,
Epistemologi kehilangan, bagaimana caranya bangkit,
Mengetahui apa yang setiap laki-laki suatu hari harus tahu
Dan di sebagian besar hari tahu, bagaimana caranya bangkit
Dan secara perlahan cahaya kembali ke jalanan,
Sebuah peluit ditiup, bola hilang dari pandangan.
Tak lama kemudian bagian dari diriku akan menggali dalam dan gelapnya
Lantai dermaga.. Aku ada di mana-mana,
Aku menderita dan bergerak, pikiran dan hatiku bergerak
Dengan semua yang menggerakkanku, di bawah air
Atau tiupan peluit, aku bukanlah seorang anak kecil.
The Ball
Poem (Collected 1937-1971)
John Berryman (1914-1972)