Wednesday, August 20, 2025

Eros

             Antara membiarkan pergi dan membebaskan

Ada sebuah perbedaan yang kukira
             itu adalah aku. Tak diberkati. Arogan. Berbisa
seperti runcing tunjuk. Surai kuda mengendur. Busur
            Gemetar dari jauh yang dalam. Udara memotong
Tanpa jejak. Ada keyakinan, sebuah tarikan
            Mendekat, mendekat, cukup dekat, kemudian
Terlalu dekat. Berharap, merindu, melanjutkan–
            Ke dalam bayangan kubawa diriku
Sejauh yang aku mampu. Jiwa. Tanah. Sedang ternoda
            Kubuktikan aku bisa melangkah ke dalam sekali
Lagi. Hutan. Gunung. Gurun. Darah,
            sumber daya dan penolongku. Sementara dalam perang
Di pikiranku, aku pergi lebih jauh ketimbang dari yang kupikirkan–
            Pemanah, aku adalah kesalahan-kesalahanku. Panahlah, Aku salah
Dalam hasrat. Apakah aku adalah targetku? Tak mengharap belas kasihan.
            Demi kebaikan atau keburukan, apapun yang terjadi,
aku akan lebih baik. Aku akan lebih buruk–
            Ayo pergi. Tak seorang pun mengharapkan kita. Bersiaplah.
Pergi adalah satu jamnya hantu di atas teluk
            Seperti para lumba-lumba, sebuah kenangan, merobek permukaan
Dari kedalaman tak dikenal, tertahan di antara
            Tanah dan apakah dan seandainya dan laut dan
Aku menduganya udara. Sebuah momen yang bukan
            Ini, kami nyalakan. Cemerlang. Temui aku
Di pesisir. Aku bertujuan dengan hidupku untuk membuktikan
            Kita bisa lebih gembira ketimbang orang-orang yang kita cintai.
Yang membedakan adalah jarak, menyingsing. Berselisih jalan. Terbebas–
Eros (Poets.org, August 20th 2025)
Paul Tran
  
            
 

Wednesday, August 13, 2025

Puisi Bola

Bagaimana nasib bocah lelaki itu kini, yang telah kehilangan bolanya.
Apa, apa yang akan dilakukannya? Aku lihat bolanya bergerak
Memantul gembira, turun ke jalanan, dan kemudian
Dengan gembira mengapung–di sana di atas air!
Tak ada gunanya bilang ‘O masih ada bola-bola lain’:
Sebuah kedukaan besar yang mengguncang menenangkan sang bocah
Ketika ia berdiri kokoh, gemetar, menatap ke bawah
Seluruh hari-hari mudanya masuk ke dermaga tempat
bolanya pergi. Aku tak ingin mengganggunya,
Sepeser uang, bola yang lain, tak ada artinya. Kini
Ia merasakan tanggung jawab pertama
Dalam dunia kepemilikan. Orang-orang akan mengambil bola,
Bola akan selalu hilang, bocah kecil,
Dan tak seorang pun membeli bolanya kembali. Uang abadi.
Dia belajar, tepat di belakang mata putus asanya,
Epistemologi kehilangan, bagaimana caranya bangkit,
Mengetahui apa yang setiap laki-laki suatu hari harus tahu
Dan di sebagian besar hari tahu, bagaimana caranya bangkit
Dan secara perlahan cahaya kembali ke jalanan,
Sebuah peluit ditiup, bola hilang dari pandangan.
Tak lama kemudian bagian dari diriku akan menggali dalam dan gelapnya
Lantai dermaga.. Aku ada di mana-mana,
Aku menderita dan bergerak, pikiran dan hatiku bergerak
Dengan semua yang menggerakkanku, di bawah air
Atau tiupan peluit, aku bukanlah seorang anak kecil.

The Ball Poem (Collected 1937-1971)
John Berryman (1914-1972)